T E R L U K A

Aku ingin mengaku satu hal yang selama ini aku simpan

Tak ada yang tahu
Tak seorangpun mau tahu
Tak ada yang ingin sekedar ingin tahu

Betapa T E R L U K A nya aku
pernahkah kau membayangkan piring yang pecah? terlempar dari meja makan dan menghantam dinding batu?
mungkin seperti itulah aku

Saat itu aku sangat berbahagia,
di hari pernikahanku,
keluarga dari ayah angkatku hadir

beberapa hari sebelum hari pernikahanku,
ibu angkatku, bukan, wanita yang mengaku sebagai mama angkatku menyampaikan bahwa tak akan ada keluarga yang akan datang, mereka tak akan datang dalam pernikahanku. karena katanya, pernikahan ini hanya akan mencoreng nama keluarga.

beberapa bulan sebelum hari pernikahanku,
aku mencoba mengkomunikasikan acara pernikahanku dengan wanita yang sering aku panggil dengan sebutan mama,  namun hanya kecewa yang aku dapatkan. Setiap kali aku membuka pembicaraan tentang pernikahanku, dia sibuk dengan pikirannya sendiri tentang bagaimana persiapan pernikahan anak temannya.
Aku berusaha memfasilitasi saudaraku mengenai baju sebagai saudara pengantin wanita. Katanya, lebih baik menyewa baju nanti mendekati hari H saja.
bahkan saat mendekati hari H, aku tak kunjung mendapat kepastian.
hari sebelum hari H aku menawarkan pada beliau untuk menyewa baju tapi ditolak dengan alasan harus keluar uang ekstra.
Aku tak pernah menuntut untuk mendapatkan bantuan secara materi karena aku menyadari keadaan saat itu, aku tak meminta bantuan secara tenaga karena aku tau betapa repot beliau mengurus papa yang sedang sakit.
Aku belajar untuk tahu diri.

Sebelum aku menghabiskan malam sebelum hari pernikahanku, aku dibuat terkejut saat tau model pakaian yang akan dipakai oleh anak beliau, yang disebut sebagai adikku itu di hari pernikahanku. Dalam hati aku ingin mengomentari tapi aku terdiam dalam keraguan. Menurut beliau, aku ini ga ngerti fashion, katrok, kampungan dan wanita murahan jadi tak layak untuk mengomentari segala sesuatu tentang anak beliau. Bagiku saat itu, alangkah lebih baik aku diam saja..

Hari pernikahanku, semua tampak baik, M E M B A H A G I A K A N. Bahkan beliau tampak menangis, atau entahlah aku tak bisa mengamatinya, di depan altar saat aku dan suamiku melakukan hormat orang tua..

di depan banyak orang, beliau nampak begitu baik dan bahagia...

lalu mengapa, seminggu setelahnya, saat aku pulang ke tempat yang sering aku sebut rumah itu, aku dibuang?

aku diusir dan dengan mudahnya mereka mengatakan hubungan kita sampai di sini saja, kita sudah selesai. Kita putus hubungan, jangan pernah kembali, dan aku tak akan pernah kembali lagi untuk kali ini.
Bukan karena aku mengandalkan suamiku. Bukan karena aku sudah menikah. Bukan karena aku menjadi congkak dan tega meninggalkan mereka.

Tapi ini untuk kesekian kalinya aku diusir...
mungkin benar, dulu aku tak ubahnya seekor anak anjing yang selalu kembali pada tuannya meski diusir dan disakiti.
Aku akan bertahan jika hanya aku yang dihina dan diinjak, tapi jangan pernah membawa mendiang orang tuaku.
Jangan pernah menghina satu-satunya orang tua yang aku punya.
jangan pernah menghina ibu yang merawat dan mendidikku.
Jangan pernah menghina masa lalu orang tuaku.
Jangan pernah menjatuhkan harga diri orang tuaku.
Jangan pernah.

bukankah kamu juga seorang ibu?

Terlalu mudah bagimu membuang seorang yang kau sebut sebagai anak, padahal aku tak pernah meminta untuk menjadi anakmu.
kau memutar semua fakta dan menyudutkan seolah aku ini wanita murahan yang menikah untuk mengejar harta. Meninggalkan keluarga demi mengejar lelaki beruang.
Bahkan sebagai seorang ibu, mudah sekali bagimu mengucap sumpah serapah penuh kebencian.

Saat aku menuliskan teriakan hatiku ini,
tak pernah sekalipun aku menyesal untuk tidak kembali padamu...

lelaki itu masih aku panggil papa,
tapi aku tak bisa lagi menerima dirimu menjadi mama dalam kehidupanku

aku ingin dan aku sudah meminta pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Aku tidak menerima semua fitnah yang dituduhkan, dan aku mengembalikan semua setiap kata yang ditujukan padaku pada malam itu...
Biarlah alam semesta yang terus berputar ini mendengar semua ucapanmu
terjadilah apa yang kau ucapkan kembali pada kehidupanmu

karena sesungguhnya, dari semua yang kau ucapkan,
tak ada satupun yang benar aku lakukan.
aku tak membalasnya, karena bukan hak ku untuk membalas.
Aku bukan Tuhan yang akan menghakimi,
namun aku tak pernah bisa menerima perkataanmu.
dengan segenap hati, dihadapan Allah Alam Semesta,
aku mengembalikan setiap kata kepadamu...

Nikmatilah keindahan dan keadilan alam semesta ini bekerja...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

gelas kosong

Being a queen adalah proses

Duniamu bukanlah duniaku